Menganalisis Pendahuluan SKRIPSI berdasarkan PUEBI


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
            Pendidikan adalah usaha sadar dan sistemastis, yang dilakukan oleh orang - orang yang di serahi tanggung jawab untuk memengaruhi peserta didik sehingga mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita – cita pendidikan (Achmad Munib, 2004:34). Pendidikan juga merupakan pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (baik jasmani maupun rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat (M. Ngalim Purwanto, 2002:10). Dalam arti lain, pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik agar dapat mengembangkan bakat, potensi, dan keterampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu, sudah seharusnya pendidikan di desain guna memberikan pemahaman dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik (siswa).
            Pemahaman konsep belajar siswa di sekolah sering di indikasikan dengan permasalahan belajar dari siswa tersebut dalam memahami materi. Indikasi ini dimungkinkan karena faktor belajar siswa yang kurang efektif, bahkan siswa sendiri tidak merasa termotivasi di dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Akibatnya, siswa kurang atau bahkan tidak memahami materi yang bersifat sukar, yang di berikan oleh guru tersebut.
            Kecenderungan pembelajaran kurang menarik ini merupakan hal yang wajar dialami oleh guru yang tidak memahami kebutuhan dari siswa tersebut, baik dalam karakteristik maupun dalam pengembangan ilmu. Jadi bukan hanya menerapkan pembelajaran berbasis konvensional. Pembelajaran yang baik dapat ditunjukan dari suanasan pembelajaran yang kondusif. Karena dalam era perkembangan Iptek yang begitu pesat, profesionalisme guru tidak cukup hanya dengan kemampuan membelajarkan siswa, tetapi kegiatan belajar siswa (Ibrahim, et.al., 2001). Konsep lingkungan meliputi tempat belajar, metode, media, sistem penilaian, serta sarana dan pasarana yang di perlakukan untuk mengemas pembelajan dan mengatur bimbingan belajar sehingga memudahkan siswa belajar.
            Dampak lain perkembangan iptek terhadap proses pembelajaran adalah diperkayanya sumber dan media pembelajaran, seperti buku teks, modul, overhead transparasi, film, video, televisi, slide, hypertext, dan web. Guru propesional di tuntut mampu memilih dan menggunakan berbagai jenis media pembelajaran yang ada di sekitarnya.
            Berdasarkan observasi dan wawancara Senin, 09 April 2012 dengan guru matematika di SMP Negeri 7 Kota Cirebon yaitu Ibu Yenni Sri Wahyuni S.Pd, bahwa masalah – masalah umumnya dihadapi oleh guru tersebut yang harus dipecahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, diantaranya yaitu pembelajaran yang masih monoton, ketidakmauan pendidik untuk menggunakan media pembelajaran yang bervariatif, siswa belum bisa bekerjasama pada saat pembelajaran di kelas, kurangnya kreatifitaas siswa, rendahnya aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, kurangnya daya tangkap siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dan rendahnya hasil belajar siswa.
            Hal senada juga disampaikan oleh siswa SMP Negeri 7 Kota Cirebon. Mengenai proses pembelajaran matematika yang cenderung monoton serta tidak adanya inovasi dalam pembelajarannya. Perhatikan beberapa pendapat siswa dan siswi tentang matematika: “Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat sukar dan menakutkan, harus banyak menghafal rumus – rumus, dan harus lebih sering latihan soal, apalagi bila dalam pembelajarannya hanya menggunakan metode cermahah maka sudah pasti siswa akan cepat merasa bosan dan jenuh”. (Fany Noor Fadhila, Siswi Kelas VII – A SMPN 7 Cirebon).
            Sama halnya dengan yang diutarakan Fany, Zahrotul Firdaus atau yang lebih dikenal dengan panggilan Asha, siswi SMPN 7 Cirebon Kelas VII – D juga mengatakan hal yang sama, “Matematika itu memang dari dulunya seperti itu pak, menjenuhkan, sulit, harus banyak menghitung, apalagi bila ditambah gurunya yang galak (killer), terus belajarnya itu lho udah kayak dipengajian saja”, celetuknya. Pendapat tersebut merupakan sebagian anggapan siswa khususnya bagi siswa yang merasa bahwa proses belajar mengajar yang sangat menjenuhkan.
            Banyak faktor yang mempengaruhi anggapan - anggapan siswa terhadap matematika, salah satu faktor dominan yang dirasakan di sekolah tersebut adalah pembelajaran kelas yang cenderung tidak menarik, kering makna dan tidak dinamis. Hal ini memunculkan kesan bahwa pelajaran matematika itu angker dan menyeramkan. Pemilihan strategi yang disesuaikan dengan daya dokong bagi siswa akan sangat membantu mengurangi anggapan – anggapan siswa terhadap matematika, serta bila perlu dengan menggunakan media pembelajaran kontemporer seperti internet, flash, animasi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan pembelajaran matematika yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Karena pada dasarnya proses pembelajaran yang menarik dapat membantu siswa memahami materi pelajaran matematika yang disampaikan.
            Dengan semakin berkembangnya teknologi multimedia, unsur – unsur video, bunyi, teks dan grafik dapat dikemas menjadi satu melalui Pembelajaran Berbasis Komputer (PBK). Pada masa sekarang ini, pembelajaran dengan berbasis komputer telah banyak ditemukan di pasaran, baik disediakan dalam bentuk CD maupun DVD. Contoh – contoh yang dapat kita temukan seperti ensiklopedia, kamus elektronik, buku cerita elektronik, materi pembelajaran yang dikemas menarik dalam bentuk media interaktif, media flash, media cetak, media non cetak dan lain sebagainya.
            Dalam proses belajar mengajar setiap materi pelajaran memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Menurut Sugeng Mardiyono (2005), matematika sebagai ilmu dasar merupakan objek yang bersifat abstrak. Adanya sifat abstrak ini dapat mengakibatkan siswa sulit memahami materi pelajaran matematika, dan salah satu materi pelajaran matematika yang sifatnya abstrak adalah segitiga yang ada pada kelas VII SMP Semester II.
            Berdasarkan uraian diatas, banyak hal yang dapat dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran, khususnya untuk pembelajaran matematika di sekolah. Salah satu yang sedang gencar - gencarnya adalah pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Ilmu Teknologi (IT), pada penelitian ini mengunakan Flash sebagai media penyampai materi yang berisikan materi segitiga yang disajikan semenarik mungkin.
            Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengungkapkan bagaimana peranan media pembelajaran matematika sub pokok bahasan bangun datar segitiga dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa SMP Negeri 7 Cirebon Kelas VII C yang sesuai dan tepat sehingga menambah daya tarik siswa, memotivasi siswa dalam memahami materi pelajaran.

B. Identifikasi Masalah
            Merujuk pada uraian latar belakang permasalahan, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini mencakup:
1) Wilayah kajian dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (cllasroom action research), dan penelitian ini berkaitan dengan pemanfaatan/penggunaan media IT dalam pembelajaran matematika.
2) Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kausal komparatif yaitu penelitian dengan membandingkan antar siklus pada subjek penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan yang didasarkan pada pendekatan kualitatif  model Kemmis Taggart (1988) yang terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan/observasi, dan (4) refleksi atau evaluasi. Keempat kegiatan tersebut berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus, yaitu siklus I sampai siklus II.

C. Batasan Masalah
            Supaya penelitian ini lebih efektif, efisien juga terarah, maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1) Pemahaman konsep yang dimaksud adalah pemahaman siswa terhadap materi bangun datar segitiga, dan kemampuannya dalam menyelesaikan soal–soal yang berkaitan dengan materi tersebut dalam berbagai bentuk, serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari–hari.
2) Media interaktif / bahan ajar interaktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah Macromedia flash 8. Flash sendiri merupakan bahan ajar yang mengombinasikan beberapa media pembelajaran (audio, video, teks, atau grafik) yang bersifat interaktif untuk mengendalikan suatu perintah atau perilaku alami dari suatu presentasi.
3) Bangun datar segitiga adalah materi yang akan diteliti dalam penelitian ini mencakup definisi segitiga, segitiga dan jenis-jenisnya, besar dan sudut dalam segitiga, serta menghitung luas dan keliling segitiga itu sendiri.

D. Rumusan Masalah
            Berdasarkan batasan permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diajukan kedalam beberapa pertanyaan, yaitu:
1) Bagaimana pemahaman konsep siswa pada materi bangun datar segitiga dengan menggunakan media interaktif flash di kelas VII C SMP Negeri 7 Cirebon Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon?
2) Bagaimana keaktifan belajar siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan media interaktif flash pada pokok bahasan bangun datar segitiga di kelas VII C SMP Negeri 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
            1. Tujuan Penelitian
            Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan yang         ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
            a. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman konsep siswa pada materi bangun      datar segitiga dengan menggunakan media interaktif flash di kelas VII C SMP Negeri 7 Cirebon Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.
            b. Untuk mengetahui bagaimana keaktifan belajar siswa terhadap pembelajaran      matematika dengan menggunakan media interaktif flash pada pokok bahasan     bangun datar segitiga di kelas VII C SMP Negeri 7 Cirebon Kecamatan    Harjamukti Kota Cirebon.

            2. Manfaat Penelitian
            Manfaat dari penelitian tindakan kelas ini antara lain:
a) Penyampaian pembelajaran yang disajikan lebih menarik dan memperjelas pemahaman konsep materi matematika sehingga dapat menarik perhatian siswa dalam belajar.
b) Media pembelajaran yang dipakai dapat di aplikasikan sebagai sumber belajar mandiri ataupun kelompok, sehingga diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
c) Media yang digunakan, dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran pada bab-bab selanjutnya dalam pembelajaran matematika.
d) Media pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai masukan mengenai penggunaan media pembelajaran berbasis IT dan komputer.

F. Hipotesis Tindakan
            Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain (Suharsimi Arikunto , 2002:42). Adapun pendapat ahli lain, hipotesis adalah alat yang sangat besar kegunaannya dalam penelitian ilmiah, hiotesis dapat dirumuskan secara tepat sebagai suatu pernyataan sementara yang dapat diajukan untuk memecahkan suatu masalah, atau untuk menerangkan suatu gejala (Furchan Arief, 2004:34).
            Dengan demikian, hipotesis penelitian yang diajukan adalah Hipotesis Alternatif (Ha) yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan media interaktif flash maka pemahaman konsep segitiga pada mata pelajaran matematika siswa Kelas VII di SMP Negeri 7 Cirebon meningkat.
2. Dengan menggunakan media interaktif flash dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, meningkatkan partisipasi siswa dalam setiap pembelajaran matematika.

G. Ruang Lingkup Penelitian
            Untuk memudahkan dalam pencapaian hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut, maka materi pokok bangun datar yaitu bangun segitiga dapat dibagi kedalam beberapa Kegiatan Belajar (KB), kegiatan belajar yang dimaksud peneliti adalah rangkaian proses pembelajaran kelas dari penyampaian awal materi, latihan – latihan serta tes akhir pada tiap siklusnya.

Hasil analisis :


1. Terdapat kesalahan penulisan cita - cita yang dipakai merupakan tanda pisah : seharusnya menggunakan tanda hubung (-) dimana tanda hubung (-) digunakan untuk menyambung unsur kata ulang (cita-cita bukan cita - cita).
2. Terdapat kekurangan dalam penulisan (Achmad Munib, 2004:34) dan (M. Ngalim Purwanto, 2002:10) dimana setelah titik dua yang dipakai dipakai diantara jilid atau nomor dan halaman seharusnya terdapat spasi, contoh menurut PUEBI (Horison, XLIII, No. 8/200: 8 ) sehingga seharusnya penulisan yang benar terdapat spasi (2004: 34) dan (2002: 10).
3. terdapat kekurangan pada penulisan (orang - orang) yang sudah benar menggunakan tanda hubung (-) akan tetapi seharusnya tidak berspasi sebelum dan sesudah tanda hubungnya (orang-orang).
4. terdapat kesalahan pada penulisan ‘di indikasikan’ seharusnya gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai, sehingga penulisan yang benar adalah ‘diindikasikan’.
5. Sebaiknya setelah kata sukar pada kalimat ‘...materi yang bersifat sukar, yang di berikan oleh...’ tidak usah diberi tanda koma karena tidak memisahkan anak kalimat dan induk kalimat.
6. Seharusnya terdapat tanda koma setelah kata penghubung antarkalimat ‘jadi’ pada kalimat ‘Jadi bukan hanya menerapkan pembelajaran berbasis konvensional’.
7. Terdapat kesalahan penulisan kata ‘suanasan’ seharusnya ‘suasana’.
8. Terdapat kesalahan penulisan kata ‘pembelajan’ seharunya ‘pembelajar’ atau juga memungkinkan ‘pembelajaran’.
9. Terdapat kesalahan penggunaan huruf kapital dalam kalimat ‘...era perkembangan Iptek yang begitu pesat...’ seharusnya kata ‘Iptek’ ditulis ‘iptek’ karena iptek termasuk kata akronim yang mana harus ditulis dengan huruf kecil ketika berada di tengah kalimat.
10. Penulisan kata ‘di perlakukan’ seharusnya digabung karena bukan kata depan.
11. Terdapat kesalahan penulisan kata ‘propesional’ seharusnya ‘profesional’.
12. Penulisan kata ‘masalah-masalah’ seharusnya tidak menggunakan tanda pisah (-). Yang benar adalah menggunakan tanda hubung (-) karena menyambung kata ulang.
13. Penulisan kata ‘rumus-rumus’ seharusnya tidak menggunakan tanda pisah (-). Yang benar adalah menggunakan tanda hubung (-) karena menyambung kata ulang.
14. terdapat kesalahan penulisan kata ‘cermahah’ seharusnya ‘ceramah’.
15. Penulisan anggapan – anggapan  seharusnya tidak menggunakan tanda pisah (-). Yang benar adalah menggunakan tanda hubung (-) karena menyambung kata ulang.
16. Terdapat kesalahan penulisan kata ‘dokong’ yang seharusnya ‘dukung’.
17. Penulisan kata anggapan - anggapan seharusnya tidak menggunakan tanda pisah (-). Yang benar adalah menggunakan tanda hubung (-) karena menyambung kata ulang.
18. Terdapat kekurangan penulisan tanda baca koma. Seharusnya setelah ‘oleh karena itu’ terdapat koma karena tanda koma dipakai dibelakang ungkapan penghubung antarkalimat, diantaranya adalah oleh karena itu.
19. seharusnya terdapat tanda koma sebelum kata dapat tanda koma di sini dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimat.
20. Penulisan kata unsur - unsur seharusnya tidak menggunakan tanda pisah (-). Yang benar adalah menggunakan tanda hubung (-) karena menyambung kata ulang.
21. Seharusnya setelah penulisan kata teks diberi koma, karena dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian.
22. Penulisan kata contoh – contoh seharusnya tidak menggunakan tanda pisah (-). Yang benar adalah menggunakan tanda hubung (-) karena menyambung kata ulang.
23. Seharusnyasetelah penulisan ‘media non cetak...’ sebelum ‘dan’ diberi tanda koma karena dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian.
24. Seharusnya pada kalimat ‘materi pelajaran matematika, dan...’ setelah matematika tidak perlu diberi koma karena bukan merupakan suatu pemerincian.
25. Penulisan ‘gencar - gencarnya’ sudah benar menggunakan tanda hubung (-), akan tetapi seharusnya antara kata gencar dan tanda hubung tidak di spasi dalam penulisannya.
26. Seharusnya penulisan kata Flash dimiringkan karena merupakan kata asing (bahasa inggris).
27. penulisan ‘sub pokok’ seharusnya digabung tidak dipisah.
28. Penulisan ‘antar siklus’ seharusnya digabung tidak dipisah.
29. Penulisan ‘soal–soal’ seharusnya tidak menggunakan tanda pisah (-). Yang benar adalah menggunakan tanda hubung (-) karena menyambung kata ulang.
30. Penulisan tanda garis miring (/) pada ‘interaktif / bahan’ seharusnya tidak dispasi setelah garis miring.
31. Penulisan kata ‘di aplikasikan’ seharusnya tidak dipisah karena di tidak sebagai kata depan.
32. Penulisan ‘hiotesis’ seharusnya hipotesis.
33. Penulisan ‘latihan – latihan’ seharusnya tidak menggunakan tanda pisah (-). Yang benar adalah menggunakan tanda hubung (-) karena menyambung kata ulang.

Comments